Kamis, 05 November 2009

DUKUNG KPK , TOLAK KRIMINALISASI TERHADAP KPK !!!

MEMBANGUN MASYARAKAT TANGGAP BENCANA

Membangun Masyarakat Tanggap Bencana

Setiap bencana alam ( gempa, banjir, dan sebagainya ) terjadi di Indonesia, selalu dapat dipastikan bahwa akan muncul korban jiwa yang tidak sedikit. Padahal negeri kita ini terkenal sebagai negeri bencana yang disebabkan oleh kondisi geografisnya. Coba bayangkan jika dalam satu tahun terjadi 3 bencana alam, berapa jiwa rakyat yang melayang ? Pasti akan terjadi ‘mortalitas’ massal yang cukup besar. Hal ini akan cukup memprihatinkan jika terus terjadi tanpa ada perubahan yang berarti.
Mungkin yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah membangun dan mendidik masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana yang akan dan yang sedang terjadi. Beberapa hal perlu di sosialisasikan dan di latihkan, diantaranya yaitu :
1. Sistem peringatan dini
Pemerintah sebaiknya menyediakan sistem peringatan dini ( misalnya sirine, detektor, alat komunikasi, dan lain-lain ) yang dapat di handalkan terutama di daerah rawan bencana. Sehingga saat bencana terjadi masyarakat langsung tahu apa yang harus di lakukan.
2. Penyelamatan diri / evakuasi
Mayoritas penyebab banyaknya korban adalah tidak siap saat terjadi bencana sehingga muncul kepanikan. Masyarakat perlu dilatih dan dibiasakan mengenai cara menyelamatkan diri saat bencana. Misalnya, saat gempa terjadi, jika berada dalam bangunan namun tidak memungkinkan keluar, sebaiknya berlindung di bawah kolong meja dan sebagainya. Belajarlah ke Jepang misalnya, Jepang adalah negeri gempa namun korban jiwanya selalu lebih sedikit. Selain itu di Indonesia banyak perusahaan tambang dan minyak yang selalu menekankan pentingnya keselamatan pekerjanya. Manfaatkanlah mereka untuk sharing mengenai hal tersebut.
3. Pertolongan pertama pada korban
Masyarakat juga perlu di didik tentang teknik pertolongan pertama pada korban bencana ( P3K / First Aid ). Setiap bencana terjadi, kebutuhan yang paling urgent adalah tenaga medis, karena jika korban luka parah tidak segera mendapat pertolongan maka akibatnya akan fatal. Apalagi kapasitas rumah sakit biasanya juga menjadi sangat minim dikarenakan oleh banyaknya korban. Pengalaman terjadi saat gempa Jogja tahun 2006 yang lalu, yang mana jumlah korbannya lebih dari 5000 jiwa. Saat itu semua rumah sakit menjadi ‘overload’ sehingga banyak korban yang terpaksa digeletakkan di halaman atau pelataran parkir rumah sakit. Meski begitu, mereka belum tentu segera mendapatkan pertolongan karena jumlah tenaga medis sangat terbatas. Maka jika masyarakat sudah terlatih untuk memberikan pertolongan pertama, diharapkan dapat meminimalisir jumlah korban meninggal, misalnya dengan menghentikan perdarahan yang terjadi dan sebagainya.
4. Tanggap darurat
Selanjutnya yaitu mengenai tanggap darurat. Biasanya saat bencana, bantuan logistik pangan baru datang 12 jam pasca bencana dan itu-pun belum menjangkau seluruh wilayah bencana, terutama daerah terpencil. Mungkin lebih bagus jika setiap desa mempunyai semacam ‘lumbung logistik bencana’ sehingga saat bencana terjadi masyarakat masih bisa ter-cover kebutuhan pangannya untuk sementara waktu sambil menunggu bantuan dari luar datang. Sehingga tidak ada lagi masyarakat yang meminta-minta sumbangan di pinggir jalan dan masyarakat yang membajak kendaraan pengangkut barang atau bantuan.
5. Rehabilitasi pasca bencana
Saat rehabilitasi pasca bencana, masyarakat perlu disadarkan mengenai pentingnya struktur bangunan tahan bencana. Sehingga jika nantinya muncul bencana alam lagi, misalnya gempa, jumlah bangunan rusak menjadi minimal dan jumlah korban jiwa pun menjadi menurun.
Marilah kita bersama membangun masyarakat yang sadar dan tanggap terhadap bencana. Semoga tulisan ini bisa menjadi bahan renungan bagi kita semua dan usulan bagi pihak - pihak yang terkait. Sekian.